Saut Marasi Manihuruk
In school, you’re taught a lesson and then given a test. In life, you’re given a test that teaches you a lesson. Tom Bodett
Mencermati penanganan pandemi COVID-19 sebagai bencana nonalam di Tanah Air, sebagian beranggapan kita gagap tindak, sebagian lagi justru mengatakan sebaliknya.
Pihak yang mengatakan gagap tindak, beranggapan kita tidak melakukan antisipasi dengan aksi nyata jauh-jauh hari sebelum makhluk virus bernama Corona masuk ke negara kita sementara melihat negara-negara tetangga kita berjibaku mengatasi wabah yang mematikan itu.
Pihak yang mengatakan tidak gagap tindak, beranggapan kita tidak berhenti berupaya segera sesudah terdeteksi masuknya sang makhluk untuk menginfeksi sekaligus menyebarkannya dengan kedekatan sosial/fisik yang tidak tersadari.
Kita telah menggemakan social/physical distancing dengan tetap stay at home, namun atas ragam alasan, kita belum mampu mengusung predikat “nihil infeksi.”
Namun sesungguhnya, kita tetap berupaya melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk menghentikan laju sang virus menginfeksi warga negara kita.
Singkatnya, secara tindakan, kita sudah bertindak, namun hasil menunjukkan kita belum mencapai kondisi yang ideal. Apakah ini yang dinamakan gagap tindak?
Sesungguhnya, jika kita mengacu kepada kutipan di atas: di sekolah, kita diajari pelajaran dan kemudian kita diuji. Dalam hidup, kita diberi ujian yang mengajari kita satu pelajaran.
Perencana anggaran di Republik ini, mulai dari musrenbang tingkat desa, kecamatan, provinsi(?), nasional(?) barangkali tidak pernah terpikir akan kehadiran makhluk yang berdampak semesta itu. Namun, faktanya, terpaksa harus refocusing dan reallocating anggaran di tengah jalan untuk menyiapkan jaring pengaman sosial (social safety net) mengatasi dampak pengiring (nurturant effect) yang “berefek domino” terhadap bidang-bidang kehidupan lainnya. Ini menggambarkan kita diberi ujian yang mengajarkan kita satu pelajaran.
Sesungguhnya kita tidak gagap tindak, kita sudah bertindak namun faktor-faktor pendukung lainnya belum siap untuk bersinergi secara utuh untuk menghadang sang virus bernama Corona.
Teringat apa yang dikatakan orang, jika kita melihat kerbau dari sudut yang berbeda, kita pasti menyampaikan hal yang berbeda. Namun, jika kita melihat kerbau itu secara keseluruhan, maka kita dapat memahami cara pandang yang berbeda dalam satu kesatuan yang utuh dan berupaya memahami mereka yang berbeda cara pandangnya dengan hati yang terbuka dan memegang etika interaksi sosial berkomunikasi.
Mari kita bersatu menghadang wabah COVID-19 ke wilayah Samosir dengan apa yang ada pada kita dibalut rasa kasih sayang kita terhadap diri sendiri dan orang lain di sekitar kita, terutama keluarga kita. Kita tidak gagap tindak, melainkan diberi ujian yang mengajari kita satu pelajaran untuk bertindak, dan kita pun terus bertindak walaupun hasilnya belum memuaskan. Hadang wabah COVID-19 dengan kebersamaan, gotong royong, dan kesatuan hati untuk terus bertindak. @@@