fnews – Peringatan Sidik Jari Proklamasi Kemerdekaan RI, 6 Oktober 1945, akan diperingati pada 6 Oktober 2020 di Lapangan Merdeka Medan. Rencana besar, kolosal dan bersejarah ini mengemuka dalam Fokus Grup Diskusi – FGD yang dilaksanakan Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Sumut bersama Kwartir Daerah Gerakan Pramuka (Kwarda) Provinsi Sumut yang menggaungkan gerakan moral mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka Medan, yang digelar di Halaman Terbuka Kantor Kwardasu Jalan A Haris Nasution, Medan, Kamis (1/10).
FGD dengan moderator handal Drs H Eddy Syofian MAP ini: Ichwan Azhari M.Phill.MA ( Sejarawan Unimed ), Dr Suprayetno ( Sejarawan USU ), Shoibul Anshor Siregar ( Pengamat Sosial Politik ), H Sofyan Harahap ( Tokoh Pers ) dan Efendy Naibaho (Aktivis Peduli Lapangan Merdeka dari Komunitas Medan Adalah Kita), secara resmi dibuka Ketua Kwardasu H Nurdin Lubis.
Nurdin, di hadapan fungsionaris DHD 45 yang membaur dengan praktisi dan aktifis Pramuka Sumut, optimis gerakan moral ini efektif mengedukasi semua pihak khususnya generasi muda tentang fungsi Lapangan Merdeka. “Intinya, mari bersama kita bangkitkan gerakan moral strategis memfungsikan kembali Lapangan Merdeka Medan sebagai Sidik Jari Proklamasi RI, Cagar Budaya dan Ruang Terbuka Hijau,” ujar Nurdin yang juga mantan Ketua DHD 45 Sumut dan mantan Sekwilda Sumut itu.
Kondisi eksisting Lapangan Merdeka saat ini, ujarnya didampingi Sekretaris DHD 45 Sumut Drs H Eddy Syofian MAP mewakili Ketua DHD 45 Sumut Mayjen TNI (Purn) M Hasyim, sudah semakin jauh dari nilai-nilai sidik jari sejarah bangsa sehingga perlu gerakan moral agar generasi muda ke depan tidak sampai lupa terhadap fungsi asli Lapangan Merdeka Medan.
Pada forum ini secara garis besar mengemuka pada sejarahnya Lapangan Merdeka sebagai bagian dari sejarah perjuangan proklamasi kemerdekaan Rakyat dan Bangsa Indonesia di Sumatera Utara.
Setelah Jepang menyerah, seperti dipaparkan Eddy Sofyan, di lapangan yang saat itu masih bernama Fukuraido, berlangsung rapat raksasa pada 6 Oktober 1945 dan di sana secara resmi berita Proklamasi Indonesia dibacakan Gubernur Sumatera Mr Muhammad Hasan.
Tiga hari kemudian, lapangan itu dinamakan menjadi Lapangan Merdeka Medan. Pernah pula bernama sebagai Esplanade dan Tanah Lapang Merdeka. Yang pasti, setiap tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, dilaksanakan upacara Detik-detik Proklamasi RI yang dihadiri Gubernur Sumut sebagai inspektur upacara.
Gubsu Edy Rahmayadi pernah menjadi Komandan Upacara 17 Agustus di Lapangan Merdeka saat masih menjabat sebagai Danyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia. Masa itu Gubernur Sumut dijabat Rizal Nurdin.
Banyak lagi nilai-nilai atau sidik jari sejarah bangsa maupun fungsi budaya dan ruang terbuka hijau yang harus direfungsionalisasikan dari kondisi eksisting Lapangan Merdeka Medan, ujar Edy Sofyan yang hari itu didaulat sebagai Sejarawan Publik dan menceritakan bagaimana Gubernur Edy yang tidak bisa lagi membunyikan meriam di Lapangan Merdeka itu.
Forum Grup Diskusi yang membahas stategi dalam menyosialisasikan dan mengedukasi generasi muda tentang fungsi Lapangan Merdeka sebagai Cagar Budaya, Sidik Jari Proklamasi 1945 dan Kawasan Jalur Hijau ini berlangsung seru dan banyak pemikiran yang akan disampaikan kepada pemerintah dan pihak berkompeten lainnya dengan satu tujuan: memerdekakan Lapangan Merdeka, lapang selapang-lapangnya.
Terkait Lapangan Merdeka Medan ini, Efendy Naibaho bersama rakyat Kota Medan lainnya sudah pernah mengajukan gugatan class action ke Pangadilan Negeri Medan namun tidak berhasil.
Di saat musim pilkada sekarang, Efendy Naibaho, anggota DPRD Sumut dua periode dari Fraksi PDIP ini mengusulkan agar calon- calon Walikota Medan: Akhyar Nasution dan Bobby Nasution, mau meneken kontrak politik jika terpilih sebagai walikota akan me-Merdeka-kan Lapangan Merdeka. es – en