Oleh Sudirman Simarmata l Jemaat HKBP
Tulisan ini dibuat dengan niat untuk memberikan masukan dalam Sinode Godang HKBP, semoga dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
SEMOGA setelah terpilihnya Pdt Dr Victor Tinambunan, MST, sebagai Ephorus HKBP periode 2024-2028, beliau dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan rendah hati dalam memimpin HKBP.
Kami Jemaat HKBP berharap kepemimpinan beliau dapat membawa angin segar, memberikan arah yang jelas, serta memperkuat solidaritas jemaat dalam mewujudkan visi dan misi gereja yang lebih baik.
Dengan kebijaksanaan dan komitmennya, semoga HKBP semakin berkembang dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan.
Melalui Sinode Godang HKBP yang sudah berlangsung, kita mengharapkan munculnya pencerahan baru yang dapat menginspirasi terciptanya peluang usaha yang tidak hanya bermanfaat kepada pribadi pribadi, tetapi dapat bermaafaat kepada seluruh Gereja HKBP dan bermanfaat kepada seluruh jemaat, juga dapat berkelanjutan.
Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, salah satu kunci untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Batak adalah dengan memanfaatkan potensi wisata rohani yang dimiliki oleh gereja kita, HKBP, terutama yang ada di sekitar Kawasan Danau Toba (KDT).
Harapan jemaat dan masyarakat umumnya, semoga melalui Sinode Godang kali ini memiliki tujuan penting untuk menggalakkan konsep sadar wisata, di mana masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga dan mengembangkan destinasi wisata yang berbasis pada nilai-nilai keagamaan dan budaya.
Dengan menciptakan usaha-usaha berbasis wisata rohani yang berkualitas, kita tidak hanya memperkenalkan kekayaan sejarah gereja dan budaya Batak, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan kepada jemaat dan masyarakat umumnya, untuk memperkuat ekonomi lokal.
Hal ini juga dapat menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan antara gereja, masyarakat dan pihak-pihak terkait. Wisata rohani merupakan bentuk perjalanan yang menggabungkan ibadah dengan unsur sejarah dan budaya.
Bagi umat Kristiani, wisata rohani bukan sekadar berkunjung ke tempat-tempat suci, tetapi juga mendalami jejak-jejak sejarah gereja dan tokoh-tokoh penting dalam perkembangan iman.
Dengan demikian, wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik dengan kekayaan spiritual dan budaya Batak akan menjadi sasaran yang potensial dalam pengembangan destinasi wisata rohani ini.
Melalui Sinode Godang ini, kami berharap gereja, masyarakat dan pemerintah daerah dapat bergandengan tangan merancang dan mengimplementasikan berbagai model wisata rohani yang berdampak positif.
Sebagai langkah awal, kita bisa bekerja sama dengan pengelola tempat-tempat wisata yang sudah ada, seperti Salib Kasih di Tarutung dan Patung Yesus di Sibea-bea.
Kolaborasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menciptakan pengalaman wisata yang menarik sekaligus memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Selain itu, revitalisasi situs-situs bersejarah milik HKBP, seperti gereja pertama, makam IL Nomensen dan lokasi-lokasi penting lainnya, bisa menjadi destinasi wisata rohani yang edukatif dan penuh makna.
Bagi kalangan manula, destinasi semacam ini perlu dirancang dengan kenyamanan dan aksesibilitas yang baik, sehingga siapapun dapat menikmati perjalanan spiritual mereka dengan tenang dan khusyuk.
Namun, kita dari HKBP juga perlu berinovasi dengan mengembangkan destinasi wisata baru yang lebih modern, namun tetap mempertahankan nuansa rohani dan etnik Batak.
Salah satunya adalah dengan menghadirkan kapal wisata doa di Danau Toba, yang dapat menjadi sarana untuk berdoa dan merenung sambil menikmati keindahan alam.
Kapal ini bisa dilengkapi dengan fasilitas setara kapal atau hotel berbintang, yang memberikan kenyamanan dan pelayanan terbaik bagi wisatawan.
Ke depannya, pengembangan wisata rohani ini juga bisa mencakup pengelolaan kampung-kampung Batak tradisional sebagai kawasan wisata spiritual, di mana pengunjung dapat merasakan kehidupan yang sederhana, jauh dari keramaian dunia modern, untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dengan berbagai model dan ide ini, kita percaya bahwa wisata rohani dapat menjadi pendorong kesejahteraan masyarakat Batak, membuka peluang kerja, serta memperkenalkan keindahan spiritual dan budaya Batak kepada dunia.
Semakin berkembangnya sektor wisata rohani ini juga memberikan kesempatan bagi HKBP untuk memainkan peran strategis dalam memadukan iman Kristiani dengan etnik kebatakan.
Semoga melalui Sinode Godang ini, apa yang kita rencanakan bersama dapat terwujud, dan masyarakat Batak, khususnya yang berada di sekitar KDT, dapat merasakan manfaat dari program Sadar Wisata ini.
Dengan terciptanya kesejahteraan, kita berharap dapat melanjutkan berbagai program yang membawa dampak positif bagi gereja dan masyarakat secara keseluruhan.
Selamat bersinode Godang, semoga setiap keputusan yang diambil menjadi langkah awal untuk mewujudkan pencerahan baru bagi warga HKBP dan masyarakat Batak pada umumnya. ***