Jokowi Turun Tahta 2024

Dr C Eduard Pakpahan, SH, M H

Dr C Eduard Pakpahan, SH, MH* 

SEPULUH tahun lalu, Joko Widodo mungkin tak terpikir akan menjadi Presiden RI, beliau bukan politikus dan bukan pengurus parpol, tidak seorang pun mengenal beliau seperti sekarang.

Bacaan Lainnya

Karier politik pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 itu sangat cemerlang dan berlangsung cepat.

Pada tahun 2004, Jokowi berkenalan dengan FX Hadi Rudyatmo, baru saja masuk DPC PDIP Solo. Tak disangka ini awal keberuntungan Jokowi. Kedekatan Jokowi dan FX Hadi berlanjut saat keduanya dipercaya PDIP dan PKB maju sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Solo tahun 2005.

Kampanye yang gigih, Jokowi dan FX Hadi atas dukungan PDIP berhasil memenangkan Pilkada Solo dengan meraih suara sebesar 36,62 persen, kemenangan tipis itu cukup membanggakan sebagai pencapaian Jokowi pendatang baru di politik.

Pembenahan untuk Kota Solo. Mulai dari infrastruktur, penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), pengembangan ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan, hingga ‘rebranding’ Kota Solo sebagai ‘The Spirit of Java’.

Jokowi dan FX Hadi berhasil merebut hati masyarakat Solo, puas dan berbangga. Hal itu terbukti saat Jokowi dan FX Hadi kembali mencalonkan diri dalam Pilkada Kota Solo periode kedua 2010-2015. Keduanya mengantongi suara yang sangat fantastis, 90,09 persen suara! Nyaris tak ada dalam sejarah pemilu Indonesia, kandidat mendapat angka hampir 100 persen.

Kabar kesuksesan Jokowi di Kota Solo dalam periode kedua, kemudian digemakan oleh para jurnalis media-media nasional. Bukan saja hanya karena kinerja, tapi lebih karena kepribadiannya. Terutama soal program mobil ESEMKA, low profile, kejujuran dan kesantunan Jokowi dalam berpolitik.

Di struktur partai, Jokowi kala itu hanya menduduki posisi sebagai wakil ketua salah satu bidang di DPD PDIP Jawa Tengah, bukan pengurus inti. Nama Jokowi sampai ke telinga Megawati,namun bukan Megawati namanya kalau saja mudah setuju. Keberuntungan memang berpihak ke Jokowi, walaupun Jokowi tak banyak dilekatkan dengan sebutan ‘politisi’, tapi PDIP jua yang membesarkan dan mengampanyekan Jokowi secara masif, setelah 10 tahun oposisi.

Saat sosok Jokowi yang sederhana itu mendapat perhatian luas media nasional, pria asli Jawa berperawakan kurus ini juga mencuri hati tokoh nasional di antaranya Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto. Keduanya meminta Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 atau saat Jokowi masih menyisakan sekitar 3 tahun lagi masa jabatan di Solo.

Jokowi menerima tantangan maju dalam Pilgub DKI pada tahun 2012 bersama Ahok dari Gerindra. Tak mudah bagi ???? berperawakan kerempeng yang ‘diimpor’ dari Solo menang di DKI, karena ada 6 pasangan calon yang berkompetisi kala itu termasuk Fauzi Bowo yang diusung 7 partai.

Jokowi bahkan dikecam karena tak menyelesaikan masa jabatannya di Solo seperti yang sudah diduganya. Tapi PDIP optimistis bahwa dukungan masyarakat bisa memaklumi dan membawanya jadi orang nomor satu di ibukota. Terlebih, sebagai ‘media darling’ yg telah membranding Jokowi berada sedikit di atas angin.

Akhirnya, berkat kekuatan politik PDIP dan Gerindra sebagai pengusung, melalui jargon ‘The Power of Kotak-kotak”, Jokowi berhasil membuat mayoritas warga DKI memercayainya sebagai Gubernur DKI periode 2012-2017. Jokowi berhasil memenangkan Pilgub DKI

Belum genap setahun menjabat, Jokowi terusik dengan ekspose survei-survei elektabilitas capres jelang Pilpres 2014 dan pemberitaan dirinya sebagai gubernur yang makin intensif. Sejak dua tahun lalu, tak ada tokoh yang bisa menyaingi elektabilitasnya di lantai bursa capres. Berdasarkan analisis politik PDIP meyakini Jokowi diusung ke bursa Capres.

Survei capres itu menghembuskan pesan, ‘mutiara’ memang tak cukup hanya dikeluarkan dari dalam cangkang dasar laut, lalu diangkat ke permukaan. Publik ingin Jokowi bisa memberi manfaat lebih luas. Saat itulah secara perlahan namun pasti hampir seluruh survei menyebut Jokowi layak menjadi Presiden RI.

Maka tahun 2014, Jokowi resmi diusung PDIP dengan suara 18,95 suara terbesar, menjadi calon presiden bersama Jusuf Kalla. Lawan kuat Jokowi di Pilpres adalah tokoh yang dulu mengusungnya Gubernur DKI, Prabowo Subianto. Jokowi dan Jusuf Kalla berhasil mengalahkan Prabowo-Hatta dalam sekali pertandingan Pilpres, dengan meraih 53,15 persen suara. Pertandingan ini menjadi ‘ring Pilpres’ paling bersejarah di Indonesia karena hanya mengadu dua pasangan kandidat.

Presiden ‘kerempeng’ itu pukul 10.00 Senin (20/10/2014) dilantik ➕➕ mengucapkan sumpah sebagai Presiden ketujuh. PDIP berhasil menghantar Jokowi presiden untuk 2 periode, walau akhirnya PDIP ditinggalkan bagaikan perahu rongsok. Tapi emas tetaplah emas, PDIP tetap eksis walaupun pembunuhan karakter dihujami ke tubuh PDIP, tetap pemenang Pemilu 2024. Sekarang PDIP kembali lagi di luar pemerintahan. ***

*Simpatisan PDIP, Mantan Ketua Umum Relawan Jokowi Sumut (Rejos), Mantan Ketua KSBSI Sumut, sekarang Advokat

Pos terkait