Saut Marasi Manihuruk
SERATUS hari ini pertama adalah mendengar dari para pihak, itulah yang diiungkapkan Nadiem Makarim, menteri termuda Kabinet Indonesia Maju yang dikomandoi Presiden Jokowi. Lantas, apakah langkahnya terhenti sampai di situ? Tentulah tidak, apa yang didengar akan diramu sedemikian rupa untuk menjadi cetak biru arah pendidikan lima tahun ke depan.
Publik terpesona dengan penampilan menteri baru di Kemendikbudmilenial, sukses, kaya, dan terpelajar. Orang boleh pro dan kontra, tetapi sedikitnya kita boleh menyelami apa yang didengar kemudian diracik sang menteri untuk pembaikan kondisi pendidikan kita di tengah-tengah geliat Revolusi Industri 4.0 dan harapan bonus demografi tahun 2045.
Sukses mengelola bisnis Gojek diyakini juga sukses untuk menangani pendidikan dan keyakinan ini menghadirkan kontroversi pro dan kontra serta adagium ganti menteri ganti kebijakan bukannya berpijak pada desain induk pendidikan dalam jangka panjang.
Para menteri sebelum Mas Nadiem mungkin telah berupaya keras untuk membaikkan mutu pendidikan Indonesia dengan segala pendekatannya yang berbatas waktu; namun, belum menunjukkan indeks pembaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan kualitas bangsa se-kawasan. Apakah dengan penunjukan Mas Nadiem pendidikan akan serta merta membaik karena penerapan teknologi dalam pengelolaan pendidikan? Ini membutuhkan proses dalam kerja nyata yang akan diukur dalam lima tahun ke depan.
Dalam waktu yang singkat, publik mungkin terpesona atas gestur sang menteri; namun, itu baru secuil dari apa yang akan dikerjakannya. Mulai dari konsep beberapa mata pelajaran di jenjang SMP dan SMA serta mengalihkannya di jenjang SD hingga pengefektifan serta pengefisienan anggaran dengan penerapan teknologi, potret besar karya sang menteri masih abu-abu karena semua hal itu perlu terintegrasi dengan peliknya masalah tata kelola peserta didik; tenaga pendidik dan kependidikan; sarana dan prasarana; mesin birokrasi; dan banyak faktor lain terkait.
Sebagai seorang presiden, Jokowi, secara sederhana menginginkan sumber daya manusia yang unggul dari bidang pendidikan dan menjadi pemain dalam Revolusi Industri 4.0 untuk Indonesia Maju ke depannya. Mas Nadiem pada posisi menerjemahkan ini ke dalam konteks kekinian dan futuristik. Tentu saja, dia dengan segala kompetensi akan mengorkestrasi semua lini untuk mencapai itu. Bak seorang system analyst dalam pemrograman komputer, Mas Nadiem harus mampu mengkustom satu desain yang dikerjakan secara konsisten untuk menjadi bahan jadi yang siap berkompetisi dengan sumber daya manusia luar dengan daya saing yang tinggi.
Harapan kita untuk Mas Nadiem kiranya membawa harapan baru dari anak-anak Indonesia yang sedang belajar di SD sampai PT saat ini. Apa yang mereka lakukan selama proses akan didesain oleh Mas Nadiem dengan APBN sebagai bahan bakar untuk menjalankan roda organisasi untuk Indonesia Maju pada tahun-tahun mendatang. Kita harus memilih untuk optimisme melihat kerja Mas Nadiem dan tetap menyikapi pesan-pesan yang kontra dari mereka yang melihat desain itu dari sisi yang berbeda. Selamat berkarya Mas Nadiem. Horas ….
* Penulis adalah pemerhati pendidikan di Samosir.