Oleh Saut Marasi Manihuruk
PAGI ini saya terkesan dengan pidato pembuka Direktur Jenderal WHO kepada media terkait briefing COVID-19 tanggal 27 Maret 2020. Semangat mencegah dan menanggulangi kasus COVID-19 adalah: kita harus berjuang, bersatu, dan menyalakan semangat. Berjuang menghentikan virus dengan sumber daya yang ada pada kita. Bersatu menghadapi pandemi secara bersamaan. Menyalakan kekuatan dan inovasi industri negara G20 untuk menghasilkan dan mendistribusikan alat-alat yang diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan.
Dalam konteks penanggulangan COVID-19 di Samosir, perlu menjadi satu perenungan apa yang dikatakan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy: “Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa sudah kamu berikan kepada negara.” Tanggung jawab kolektif ada di semua lini: Pemkab, TNI/Polri, dan seluruh lapisan masyarakat.
Sesungguhnya, fokus kita adalah: (1) pendeteksian dini dan isolasi, (2) identifikasi, tindak lanjut dan karantina, (3) kebutuhan mengoptimalkan perawatan, dan (4) kebutuhan berkomunikasi membangun kepercayaan dan pelibatan masyarakat perjuangan melawan wabah.
Empat fokus di atas merupakan dasar berpijak bagi kita untuk melakukan aksi nyata secara bersama. Pada praktiknya, kita kekurangan instrumentasi dan dana untuk menyiapkannya. Di samping itu, cara komunikasi kita di jejaring sosial belum sepenuhnya menunjukkan kebersamaan membangun kepercayaan dan melibatkan masyarakat secara kolektif dalam menghadang wabah COVID-19.
WHO dalam praktiknya telah menggalang dana untuk penyiapan instrumentasi dan dana yang diperlukan secara kolektif dari berbagai negara dengan satu tujuan–wabah COVID-19 dapat teratasi.
Dalam konteks kekinian di Samosir, adakah kita telah berupaya menggalang dana untuk penyiapan instrumentasi itu di samping dana yang tersedia dari sumber pendanaan negara? Adakah kita telah berupaya membantu satu sama lain untuk mematuhi himbauan-himbauan yang diberikan? Adakah kita memberikan pencerahan-pencerahan yang menciptakan kepercayaan dalam aktivitas jejaring sosial? Adakah kita menyemangati satu sama lain dalam menghadang multiplikasi VICOD-19 secara secara masif dan cepat di lapangan?
Pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas sesungguhnya dapat menggambarkan mentalitas kita ketika menghadapi persoalan kebangsaan dan kenegaraan sebagai satu kesatuan di tengah derasnya dan mudahnya informasi diakses dan disebarluaskan.
Siapa pun kita, dari profesi apa pun kita, mari kita galang semangat untuk bekerja sama dan sama bekerja satu sama lain untuk menyiapkan apa yang kita perlukan, apa yang kita siapkan, bagaimana cara melakukan, dan terakhir, yang tak kalah pentingnya, dukungan doa dari semua lini.
Inilah tanggung jawab kolektif kita, tanggalkan atribut yang kita miliki dengan segala kepentingannya, yang ada kita adalah satu komunitas yang mempunyai kesadaran diri untuk mempertahankan hidup kita dengan kebersamaan menuju Samosir yang sejahtera, mandiri, dan berdaya saing berbasis pertanian dan pariwisata.
Horas Samosir …. Kiranya TUHAN tetap menjaga kita dari wabah COVID-19.