Jansen Sinamo
Covid-19 telah kita hadapi 220 hari bersama-sama sebagai bangsa dan umat manusia. Terima kasih Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang setia mengajak mitra-mitranya di seluruh dunia BERDOA BAGI BANGSA melalui voice note harian selama 220 hari ini.
Memang kita diajar oleh Tuhan untuk tidak jemu-jemu berdoa hingga Hakim kota itu meluluskan permohonan kita.
Seperti kata Bob Schuller dalam bukunya Tough Times Never Last But Tough People Do: kiranya ketangguhan kita dalam berdoa dan berupaya apa saja akan membuat kita semua sintas dan menang akhirnya.
Sejarah sendiri membuktikan umat manusia di bumi ini–Homo sapiens–adalah umat penyintas, umat pemenang, meski dengan korban tiada sedikit. Kita sintas dari cekaman zaman es terakhir 11.500 tahun yang lampau. Kita selamat dari ratusan perang akbar (bharata yudha) di sepanjang zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi yang sekitar 5 ribu tahun lamanya itu.
Di era modern, kita juga sukses melampaui dua perang dunia, perang dingin 40 tahun yang bersenjata nuklir penuh, serta ribuan perang regional dan konflik lokal, semisal PRRI dan Permesta. Tidak terhitung banyaknya bencana alam: erupsi gunung Tambora, Krakatau, Merapi, Sinabung, dan banyak lagi.
Gempa bumi berulang-ulang terjadi, acap disertai tsunami seperti Aceh 2004 dan Jepang 2011. Banyak banget korbannya, tapi umat manusia terus saja membanyak; kini hampir 8 miliar sudah.
Tough times never last but tough people do. Kita adalah umat penyintas dan kaum pemenang. Pandemi Black Death di abad 14, katanya, korbannya 200 jutaan di seluruh dunia, berlangsung hampir 100 tahun secara on dan off, juga berhasil kita lampaui.
Berbagai penyakit gawat yang mendera dunia sejak purba: malaria, difteri, tetanus, flu, polio, tbc, kanker, dan banyak lagi; meski mengambil korban ratusan juta tiap tahun, tidak berhasil mengalahkan umat manusia berjenis Homo sapiens ini. Malah semua penyakit itu telah menghasilkan ratusan Hadiah Nobel Kedokteran, puluhan ribu jenis obat, dan tak terhitung banyaknya rumah sakit, klinik, apotek, sekolah dan laboratorium yang menjadi lapangan kerja bagi hampir 1 miliar manusia dewasa ini. Tough problems itu telah menjadi berkah besar, rupanya. Bah…
Pandemi ini, entah sampai kapanpun itu, kiranya akan menghasilkan sains yang lebih canggih, teknologi yang makin maju, industri yang makin hebat, serta ekonomi yang kian besar; pendeknya umat manusia yang makin tangguh; peradaban yang semakin maju. Tough times berikut telah menanti kita: pemanasan global dan bencana astronomis.
Bila pemanasan global melampaui 6 derajat Celcius maka seluruh es kutub akan mencair, banyak pulau akan hilang, dan kota-kota pantai seperti Singapura dan Jakarta akan tenggelam. Don’t worry. Ilmuwan sudah menggagas pembangunan kota di dalam samudera. Para astronom memperkirakan asteroid sebesar Pulau Samosir mungkin jatuh menghantam Bumi. But don’t worry. Elon Musk dkk sedang mempersiapkan pemukiman manusia di planet Mars.
Yang penting sekarang: jaga diri dari Covid-19, ikutlah berdoa, dan tetap semangat berupaya dan berusaha apa saja demi kebaikan semesta. ***