formatnews.id – PEKAN ini, di akhir September 2024, Budayawan yang sengaja datang dari Bali, Petrus Nainggolan dan Pengamat Budaya Manogar Naibaho melakukan kunjungan, bernapak-tilas ke kawasan – kawasan yang menjadi leluhur Batak, mulai dari Pangururan, Samosir hingga ke Bakara, Humbang Hasundutan.
Di Bakara, dengan bersusah payah, Manogar Naibaho, sebagai panuturi di marga Naibaho, persisnya Naibaho Siagian, berhasil menelusuri perpaduan dua sungai atau aek yang ada di Kecamatan Baktiraja, Humbang Hasundutan, perpaduan Aek Silang yang berwarna merah dengan Aek Simangira, berwarna putih, sebagai pardomuan hatupangan dua aek dan bersatu dan bermuara ke Danau Toba.
Perpaduan dua aek ini mengingatkan legenda bertemunya Sungai Deli dan Sungai Babura di Medan, persisnya di belakang Kantor Walikota sebagai asal muasal terjadi atau awal berdirinya Kota Medan.
Manogar, yang akrab dipanggil dengan Cinta Kawan, nama bengkelnya di Pangururan, persis di pangkal Jembatan Binanga Sioto, dengan persiapan sekedarnya, turun ke anak sungai-nya yang lumayan berair deras dan mengambil air hasil silangnya dan bersemedi di lahan di tengahnya.
Tidak diketahui, apakah perpaduan dua aek itu sebagai awal mula berumah atau bertempat tinggalnya Si Raja Oloan, yang tugunya ada di Bakara bersama isteri Boru Limbong dan Boru Pasaribu.
Si Raja Oloan, dari berbagai literatur yang diperoleh, seperti dikutip dari Buku Sejarah Batak, ditulis Batara Sangti, Ompu Buntilan, dari Tuan Sorba Dibanua, anak pertama adalah Sibagot Ni Pohan, Sipaettua, Silahi Sabungan, Si Raja Oloan, Si Raja Hutalima, Sitoga Sumba, Sitoga Sobu dan Naipossos. Si Raja Oloan, sendiri, tertulis di prasastinya, Ompung Boru Limbong dan Ompung Boru Pasaribu, pomparannya Raja Naibaho, Raja Sigodang Ulu Sihotang, Toga Bakara, Toga Sinambela, Toga Sihite dan Toga Simanullang.
Manogar Naibaho, juga Ketua Lembaga Adat Pangururan bersama Petrus Nainggolan, Ketua Seni dan Budaya Bali, usai napak tilas ke Leluhur Si Raja Oloan di Bakara itu menyatakan bahwa seiring dengan kehidupan marga Si Raja Oloan dan keberagaman di zaman era globalisasi, keprihatinan dan terkikisnya nilai budaya yang semakin menipis, juga perilaku dan moral yang terkandung di dalam budaya di Generasi ke – 4 dari 8 bersaudara keturunan Raja Isombaon.
Berbekal rasa hati yang terpanggil murni, menggali nilai budaya leluhur, mereka memulainya dari Situs Siboru Naitang di Tajur, Pangururan dan bergerak lagi menelusuri dan keliling Pusuk Buhit. Ke situs keberangkatan Ompung Si Raja Oloan dari kampung halaman tulangnya marga Sagala Raja dan Limbong Mulana di Sianjur mula-mula.
Di hari yang bersamaan, keduanya singgah di Situs Ompung Guru Sosodompakhonon di Simarsasar, tepian Danau Toba, Desa Boho. Rasa iba pun, lanjut Manogar, timbul ketika melihat situs tersebut sudah berubah menjadi pajangan baliho dan debit air yang sangat minim. Artinya, ekosistem di sana sudah terganggu, rusak. Doa pun kami panjatkan ke Sang Pencipta dan para leluhur kiranya situs tersebut mendapat terjaga dan bias terawat kembali.
Gelar Ompung Guru Sisodompakhonon sangat ajaib bagi marga Raja Naibaho putra sulung Ompung Si Raja Oloan. Tanpa melihat raut wajah Ompung Guru Sisodompakhonon, orang, manusia bahkan musuh, lawan akan takut seketika itu juga. Hebat dan sakti mandraguna ompung itu.
Sebelum senja menghampiri, cerita Manogar serius sekali, tak luput kami singgah ke Situs Si Boru Naitang Naibaho yang berada di tepian Danau Toba, tidak jauh dari Simarsasar di Desa Tanjung Bunga. Kami minta doa dan restu kepada sang Pencipta Debata Mulajadi Nabolon melalui Namboru Si Boru Naitang yang baik dan bisa bermohon langsung dengan Debata Mulajadi Nabolon. Kami terberkati dan arah titik yang kami akan lakukan lagi terjawab.
Berkat doa tersebut kami berembuk mencari mufakat dan sepakat melanjutkan napak tilas berikutnya ke Humbang Hasundutan yakni Huta Harajaon Ni Ompung Si Raja Oloan di Bakkara. Malam kami berdoa bersama di rumah sambil mempersiapkan kebutuhan ke Istana Ompung Si Raja Oloan dan semuanya berjalan dengan lancar baik di Tugu Si Raja Oloan, di Istana maupun ketika singgah di pemandian Aek Sipangolu. ***
Efendy Naibaho