Tigor Munte : Huribaks tak Cuma Soal Kopi dan Teh Manis

Kopi ....

Oleh Tigor Munthe 

SIMPANG Empat Kedai Nainggolan, di sini mereka bertemu setiap hari. Mereka menyebut diri sebagai Huribaks. Tidak melulu soal seduh kopi, teh manis atau teh tong atau teh kosong. Di sini ada kerinduan, bak rumah kedua. Tidak sempurna jika tidak bersua Putra Terbaik alias Haris Bakkara, sosok lasak penjelajah semua meja.
Tidak bahagia kalau suara ketawa Marnaek Saragih belum menggema menyeruak ke setiap sudut telinga, merobek suntuk yang bergelayut di mata Edo, pemilik pengelola kedai Nainggolan. Ada debat keras meja satu, meja panjang yang dihuni jago argumen Piliaman Simarmata dan narasi bernas dari Kristian Silitonga.
Mereka tidak hanya membahas soal remah-remah politik kota, tapi juga mengulas sakitnya negeri ini di bawah presiden ke-8 dengan ragam programnya yang dianggap serba aneh.
Ada yang kurang pas jika Thomas Saragih belum hadir dengan analisis dan peta detail soal politik dan kebijakan. Pemerintah yang menurutnya banyak salah arah. Meja satu akan mengalami penurunan tensi di tengah debat panas, saat Torang Nadeak mengalir dengan lawakan ala Batak dan senyum teduh dari Ro Sininta Rosi Hutabarat, pendeta GKPI.
Namun kedai akan kembali riuh tatkala Pardomuan Nauli Simanjuntak meluncur secara perlahan menimpali diskusi, setelah Greg Purba Manorsa pamit selepas pagi rutin dengan kopi bersama Andi Sinaga. Serasa lengkap saat jelang siang Fetra Tumanggor muncul dengan langkah kecil. Tidak pernah bisu dalam bertengkar soal apa saja, selalu melontarkan penjelasan yang dipahami.
Meja kedai mulai susut tensinya tatkala papan catur dibuka. Debat soal politik dan apa saja tentang kebijakan negeri dan kota ini, sejenak dipertengkarkan di papan yang tak sampai semeter kotor itu. Meja-meja lainnya perlahan pasti dipenuhi Mangasa Turnip, Henry Tedi Silalahi, Ramot Saragih, Guntar Simanjuntak, Okto Simbolon, Bangun Pardamean Pasaribu
O ya, pagi paling pagi meja satu atau meja debat itu selalu dihuni Darwin Simanjuntak dan wartawan senior Harryson Manurung ditimpali Idrus sang ketua RT. Saat mereka bosan dan muak melihat ketimpangan di negeri ini, debat di meja dipindah ke acara makan bersama dengan notifikasi: pesan, pesan. Makan tubis..!!!
Beberapa kali pula bikin acara manggang bersama dan ini dimotori Admin Huribaks: Jhona Nababan Jhona Ronny Nababan. Dia ahlinya untuk racikan bumbu panggang B2. Huribaks tak cuma soal kopi dan teh manis, tapi juga soal kerinduan selalu bertemu entah soal apa. Bak rumah kedua, sosok Frans Herbert Siahaan, Kennedy Parapat, Tagor Lawyer, Mangasi Tua Purba, Mangasi Tua, Samosir eks kadishub misalnya, akan mudah menemukan mereka di sana kapan saja.
Masih ada yang lain? Intinya, mereka akan lebih mudah ditemukan di kedai Nainggolan ini, di Simpang Empat Siantar,  ketimbang di rumah ketika pagi dan sore dengan segelas kopi. O ya, kalau masih ada yang belum tersebut di tulisan ini, meminjam jargon Piliaman Simarmata: DAKKOTOI….!!!! 😁😁😁***

Pos terkait