FUNGSI DAN PERANAN MUSEUM DI DALAM PERADABAN

Koleksi Yance

Oleh Yance

Tulisan ini didedikasikan untuk Soedjai Kartasasmita,Tokoh /  Legenda Perkebunan Indonesia dan Filantropis  besar, dalam rangka memperingati hari lahir beliau,  26 November 1926.

Bacaan Lainnya

Pengantar

Selama ini ada salah paham yang tertanam di benak masyarakat umum tentang keberadaan museum. Museum diartikan sebagai tempat menyimpan barang – barang antik ( kuno ). Kesan yang tertanam di benak orang, museum adalah sebuah atau rangkaian gedung tua, kusam, kumuh dan kurang perawatan.  Pengunjungnya sebagian besar adalah orang – orang yang sekadar ingin melihat barang – barang antik sambil berkontemplasi tentang romantisme masa lalu. Para pengelola museum umumnya orang – orang tua, bersikap pasif tanpa memiliki kreativitas.

Sebenarnya anggapan sebagian besar orang itu tidak seluruhnya salah, terutama jika melihat realita sebagian besar museum di Indonesia. Tulisan ini bermaksud meluruskan anggapan keliru tentang museum. Tulisan ini juga ingin memperkenalkan sebuah museum yang dikelola sesuai dengan standar normatif yang berlaku di dunia  permuseuman. Museum yang dimaksud adalah  Museum Perkebunan, yang terletak di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Pengertian Museum

Museum adalah suatu lembaga yang bersifat nirlaba, yang mengelola tempat memamerkan koleksi barang antik dan modern yang memiliki nilai  penting ditinjau dari aspek-aspek estetika, sejarah, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Pengertian ini memberi penjelasan bahwa :

1. Museum bukan sekadar tempat menyimpan barang antik tetapi juga merawat dan  memamerkannya kepada publik. Ada aspek perawatan, pemeliharaan serta memublikasikannya kepada masyarakat luas.

2. Tidak semua barang antik layak disimpan dan dipamerkan di museum. Barang – barang yang layak  dipamerkan adalah barang yang memiliki nilai penting dalam aspek-aspek keindahan, seni, sejarah, kebudayaan, yang mewakili satu atau beberapa era, periode dan zaman. Museum bukan gudang penyimpanan  barang antik,  tetapi tempat pameran barang – barang terpilih sebagai sarana penghubung antara masa kini dengan masa lalu. Museum juga memamerkan barang – barang modern yang masih berfungsi di dalam kehidupan sehari-hari dan  berasal dari berbagai tempat. Dengan demikian museum tidak hanya memperkenalkan aspek vertikal atau diachronic, tetapi juga aspek horizontal atau synchronic dari berbagai fenomena alam.

3.  Museum juga memiliki aspek edukasi. Museum merupakan pintu gerbang untuk berkelana memasuki dunia masa lalu. Kita hidup di masa kini, yang  merupakan kontinuitas ( kelanjutan ) yang tidak terputus dari masa lalu.
Untuk memahami masa kini, mutlak diperlukan pengetahuan tentang masa lalu. Pengetahuan masa lalu dan masa kini bermanfaat untuk meraba, menerawang dan memprediksi masa depan. Masa lalu adalah akar dari masa
kini dan masa depan adalah buah dari masa kini. Museum menyediakan sarana untuk mendidik diri sendiri ( self education ) dalam upaya meningkatkan level pengetahuan. Berdasarkan pengertian di atas, maka museum wajib dikelola secara profesional, serius, agar dapat menjalankan tugas, fungsi dan perannya di tengah –  tengah masyarakat.

Jenis jenis Museum

Berdasarkan jenis dan karakter koleksi yang dimilikinya, museum dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu :

1. Museum Umum, adalah museum yang memiliki dan memamerkan koleksi benda – benda dari beragam rupa, jenis, dari berbagai daerah, berbagai jaman. Sebagian besar museum, masuk dalam kategori ini.

2. Museum  Khusus, adalah museum yang menyimpan dan memamerkan barang – barang dari  satu atau beberapa aspek khusus di dalam peradaban. Misalnya ada museum yang mengkhususkan dirinya dalam aspek kelautan (Museum Bahari ), angkasa ( Museum Dirgantara ), sandang ( Museum  Tekstil ). Museum Perkebunan yang akan dibicarakan di tulisan ini, termasuk di dalam kategori museum khusus.

Jenis Jenis Pameran

Penyelenggaraan pameran adalah kegiatan utama sebuah museum. Museum yang memiliki prasarana dan sarana terlengkap dan tercanggih sekalipun, tidak ada manfaatnya jika abai dan lalai pada aspek penyelenggaraan pameran. Dalam manajemen permuseuman, dikenal ada tiga jenis pameran, yaitu :

1. Pameran Tetap, adalah pameran yang diselenggarakan secara permanen  sepanjang tahun di suatu museum. Walaupun sifatnya tetap, pengelola museum secara berkala ( misalnya setiap 2 tahun   sekali ) dapat mengganti benda yang dipamerkan dengan benda lain yang satu tipe atau berbeda tipe, tetapi masih berhubungan erat dengan tema yang ditampilkan.

2. Pameran Berkala ( Temporer ), adalah Pameran yang diselenggarakan secara temporer,  dengan mengusung tema – tema tertentu. Misalnya penyelenggaraan pameran dengan tema – tema  transportasi, pertanian,
perdagangan dan sebagainya. Durasi pameran biasanya berlangsung selama 2 minggu sampai satu bulan.

3. Pameran Keliling , adalah pameran yang dilakukan di tempat – tempat tertentu dalam durasi waktu satu minggu. Pameran keliling adalah upaya museum untuk mendekatkan dirinya dengan publik, secara aktif mendatangi audiensnya.

Penataan Koleksi

Penataan koleksi adalah aspek utama dari manajemen museum. Penataan koleksi  tidak dapat dilakukan secara sembarang, ada kaidah – kaidah yang harus dipatuhi. Di dalam ilmu manajemen permuseuman dikenal ada dua cara menyusun koleksi yang dipamerkan, yaitu :

1. Penataan berdasarkan ruang dan waktu. Penataan jenis ini dilakukan  dengan memilih benda pameran berdasarkan daerah asal ditemukannya benda tersebut. Selain itu dapat juga menyusun barang pameran berdasarkan urutan periodesasi waktu pembuatannya, dimulai dari periode tertua hingga termuda.

2. Penataan berdasarkan skenario / tema tertentu. Pada cara penyusunan ini, pihak manajemen museum lebih dulu membuat naskah skenario ( script ), kemudian mencari koleksi yang sesuai untuk mendukung skenario yang dibuat. Jika museum tidak memiliki koleksi yang dimaksud, dapat meminjam dari pihak lain atau membeli dari pihak lain.

Konservasi Koleksi

Konservasi adalah aspek penting dari manajemen museum. Museum yang mengabaikan aspek ini, sulit mempertahankan keberlanjutan eksistensinya. Konservasi koleksi sama pentingnya dengan konservasi gedung. Ada dua jenis konservasi yang diterapkan pada koleksi, yaitu :

1. Konservasi Rutin, dilakukan secara rutin dan setiap minggu. Biasanya museum ditutup untuk pengunjung pada
hari Senin agar memberi waktu kepada pihak manajemen untuk melakukan konservasi rutin dan istirahat para staf.

2. Konservasi Khusus, dilakukan khusus terhadap koleksi yang mengalami kerusakan atau aus karena faktor  cuaca, usia. Untuk dapat melakukan upaya konservasi khusus, dibutuhkan peralatan, bahan dan skill khusus. Jika Museum tidak memiliki prasarana dan sarana berikut tenaga ahli,  dapat mendatangkannya dari tempat lain.

Tata Letak ( Lay out ), Ruang Koleksi dan Ruang Pameran

Penataan ruang koleksi dan ruang pameran harus dirancang dengan baik. Setiap  ruang idealnya tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Tiap ruangan berukuran minimal 7 x 7 meter. Jarak satu koleksi dengan koleksi lain tidak terlalu rapat atau jarang. Di tiap ruang sebaiknya disediakan bangku duduk yang dapat memuat beberapa orang. Pengunjung tertentu membutuhkan tempat duduk untuk berpikir, merenung, berimajinasi tentang koleksi yang dipamerkan. Alur arus pengunjung harus ditata rapi agar tidak terbentuk arus bolak balik yang dapat menimbulkan kemacetan. Jika pengunjung terlalu ramai dapat diatur pembatasan jumlah pengunjung dalam antrian di pintu masuk. Sirkulasi udara di dalam ruangan harus lancar. Temperatur dan  kelembaban udara juga diatur, demi memperpanjang usia koleksi dan kenyamanan pengunjung. Pencahayaan di ruangan harus diatur  agar pengunjung dapat mudah membaca etiket yang tercantum pada vitrim.

Etiket adalah panel berisi informasi tentang suatu koleksi. Vitrim adalah etalase tempat meletakkan / memajang koleksi. Ukuran intensitas cahaya yang ideal bagi suatu koleksi berkisar antara 200 – 250 Lux Meter. Penggunaan cahaya yang bersumber dari lampu blitz kamera harus dibatasi dengan ketat, untuk memperpanjang usia koleksi. Untuk koleksi sangat penting dan langka, dapat memajang duplikatnya dengan ketentuan harus disebutkan di dalam etiketnya.

Etika Dan Tata Cara Berkunjung Ke Museum

Pengunjung perlu mengetahui etika dan tata cara berkunjung ke museum, agar mendapat manfaat yang sebesar besarnya. Ketika tiba di museum, para pengunjung harus menyadari maksud dan tujuannya berkunjung, yaitu berekreasi sambil belajar. Untuk itu dibutuhkan stamina dan konsentrasi yang baik. Khususnya pengunjung dari tempat yang jauh, perlu beristirahat sejenak, memulihkan stamina dengan makan, minum sambil  membaca brosur tentang museum sebagai pembuka pengetahuan inti. Kemudian pengunjung mulai melihat dan mempelajari koleksi yang dipamerkan. Dalam proses belajar itu dibutuhkan perenungan dan dialog imajiner dengan koleksi. Dalam satu kali kunjungan berdurasi 2 jam, seorang pengunjung tidak mungkin dapat menikmati seluruh koleksi yang dipamerkan. Untuk menyelesaikan kunjungan, dibutuhkan beberapa kali kunjungan.  Di waktu lain, kunjungan berikutnya dapat dilanjutkan, sehingga pengunjung dapat merasakan adanya peningkatan level pengetahuannya. Selama berada di ruang pameran,  pengunjung dilarang keras makan dan minum.

Peranan Kurator di Museum

Kurator adalah tokoh sentral di sebuah museum. Museum yang tidak memiliki  kurator,  ibarat sosok tubuh tanpa nyawa. Reputasi dan wibawa seorang  kurator, dapat mengangkat martabat dan gengsi sebuah museum. Sebuah
museum dapat memiliki lebih dari satu orang kurator. Kurator bertanggungjawab atas seluruh aspek koleksi yang berada di bawah kontrol dan tanggungjawabnya. Seorang kurator biasanya memiliki satu atau beberapa
spesialisasi keahlian. Tidak jarang nama kurator lebih tenar dari nama direktur museum.

Fungsi dan Peran Museum

Museum memiliki posisi setara dengan berbagai institusi lain di dalam masyarakat beradab. Teknologi, seni dan ilmu pengetahuan adalah anak kandung peradaban. Tidak dapat dibayangkan ada sebuah kota di era modern ini  tidak memiliki gedung opera, gedung konser, stadion dan museum, karena itu adalah  indikator utama untuk mengukur level peradaban suatu kota. Fungsi museum adalah sebagai simbol kekayaan peradaban suatu masyarakat. Museum berperan sebagai sarana pendidikan dan sarana rekreasi bagi masyarakat.

Museum Perkebunan Indonesia

Museum Perkebunan Indonesia terletak di Kota Medan, tepatnya di Jalan Brigjend Katamso. Bangunan Museum Perkebunan   mulanya adalah Rumah Administrateur van Ris, pimpinan pertama Algemenee Vereninging van
Rubberplanters ter Ooskust van Sumatera ( AVROS )
. Museum Perkebunan Indonesia didirikan tanggal 10 Desember 2016, bertepatan dengan Hari Perkebunan. Pendirian Museum Perkebunan Indonesia tidak terlepas dari
peran sentral seorang tokoh perkebunan Indonesia yang namanya sudah melegenda  yaitu Soedjai Kartasasmita. Beliau berperan selaku Ketua Dewan Pendiri.

Museum Perkebunan Indonesia terdiri dari dua lantai. Lantai dasar berisi informasi kondisi perkebunan masa kini. Lantai satu berisi artefak perkebunan di masa lalu dan masa kini. Museum Perkebunan  menampilkan bahan – bahan pengetahuan tentang peranan perkebunan, khususnya komoditi tembakau Deli dalam membentuk lanskap Sumatera Timur. Bentang alam di bekas wilayah  Keresidenan Sumatera Timur,  tidak  terbentuk tiba tiba begitu saja, tetapi melalui proses panjang. Dalam proses itu, peranan sektor perkebunan sangat menonjol. Kemunculan kota –
kota besar di wilayah tersebut, seperti kota – kota Medan, Binjai, Perbaungan, Tebing Tinggi, Kisaran,  Pematang Siantar dan Rantau Prapat berkat adanya perkebunan. Demikian juga dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, rel kereta api berikut jembatan dan stasiunnya, kantor kantor pemerintah , swasta, pelabuhan laut dan bandar udara. Pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia dibangun karena adanya booming di  sektor perkebunan.

Melihat begitu besarnya peran perkebunan dalam pembangunan infrastruktur dan begitu juga sebaliknya. maka Soedjai Kartasasmita dengan visinya yang tajam mengembangkan Museum Perkebunan  Indonesia II. Dengan memanfaatkan gedung AVROS di Jalan Palang Merah Medan, diresmikan Museum Perkebunan Indonesia  II pada tanggal 4 Desember tahun 2018. Sumber: Google

Museum Perkebunan Indonesia II, khusus mengusung  tema infrastruktur. Pengunjung disuguhi berbagai informasi
penting tentang peran infrastruktur di sektor perkebunan. Pembangunan infrastruktur telah mempercepat lalu lintas arus pertukaran materi, energi dan informasi di dalam sistem kehidupan masyarakat. Proses proses itu pada masa beberapa puluh tahun kemudian ikut berperan menciptakan / mematangkan kondisi sosio, ekonomi, politik untuk terjadinya pergolakan. Rangkaian peristiwa peristiwa pergolakan itu turut memuluskan terjadinya revolusi  kemerdekaan. Sebagai ilustrasi, sebelum dibangun infrastruktur, waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut
teh dari perkebunan teh Gambung , dekat Garut, Priangan, Jawa Barat ke pelabuhan Tanjung Priok mencapai 9 bulan.

Setelah dibangun jalan raya dan rel kereta api, waktu tempuh yang dicapai hanya satu hari. Satu hal lagi pelajaran penting yang dapat dipetik dari Museum Perkebunan Indonesia adalah konsep kebun. Ternyata dari abad XIX hingga sekarang, konsep kebun secara substansial tidak mengalami perkembangan. Kebun diartikan sebagai suatu ham paran areal luas yang ditanami dengan satu atau dua jenis tanaman komoditi. Didalam areal tersebut ada variasi bentuk lahan mulai dari datar, landai, bergelombang, hingga berbukit, dengan kontur beraneka ragam.

Di dalam areal tersebut biasanya juga terdapat aliran sungai, telaga ataupun danau. Di sekitar areal kebun dibangun kompleks perumahan karyawan, pimpinan berikut semua fasilitas pendukung seperti pasar, rumah sakit, sekolah  rum h ibadah dan pabrik pengolahan hasil perkebunan  beserta fasilitas pendukungnya. Kompleks pemukiman itu membentuk enclave, terpisah dari perkampungan penduduk. Demikianlah gambaran konsep kebun yang ada di benak semua orang.

Sehubungan dengan perkembangan pemikiran modern di bidang konsevasi lahan, dibuat beberapa ketentuan tentang tata cara menanam tanaman. Bahkan untuk komoditi tertentu seperti kelapa sawit, diterapkan aturan
yang relatif ketat dan berlaku secara  internasional . Aturan tersebut dikenal sebagai Roundtable Sustainable Palm Oil ( RSPO ), dan standar yang khusus berlaku di Indonesia yaitu Indonesia Sustainable Palm Oil.

Salah satu aturan yang berlaku, tidak diizinkan menanam kelapa sawit di lahan yang berjarak kurang dari 100 meter dari kedua tepi sungai. Jika mengacu pada konsep kebun, maka perusahaan kebun yang di dalam arealnya terdapat aliran sungai, akan kehilangan banyak pohon kelapa sawit. Untuk mengatasi kehilangan ini tanpa harus melanggar regulasi, satu satunya cara adalah mengubah konsep kebun yang sudah terlanjur terpatri kuat di benak para konseptor, regulator dan eksekutor di bidang perkebunan, warisan dari zaman kolonial. Cara menyiasati regulasi di atas adalah dengan mengubah mindset orang tentang kebun.

Praktisnya adalah dengan cara memecah komplek pemukiman berikut fasilitas pendukungnya dengan membangun rumah yang  saling terpisah cukup jauh. Di antara satu rumah dengan rumah atau bangunan lain ditanami dengan pohon kelapa sawit. Dengan demikian tampilan fisik kebun jadi berubah. Orang atau perusahaan bukan membangun kebun, tetapi membangun perkampungan, yang di halaman tiap rumah dipenuhi dengan tanaman kelapa sawit. Dengan demikian regulasi ISPO tidak berlaku untuk kebun yang sudah mengubah tampilannya menjadi perkampungan, dan terselamatkan pula pohon kelapa sawitnya yang berada di tepi sungai.
Sampai saat ini belum ada perusahan kebun yang mau bereksperimen melaksanakan gagasan ini.

Museum Perkebunan Indonesia II

Sumber: Google

Profil Figur Soedjai Kartasasmita
Sumber: ( Jejak Planter Indonesia Mencapai Arena Global,
Soedjai Kartasasmita )

Pos terkait