Saya Sangat Ikhlas jika PDIP tak Merekom Saya sebagai Kadernya….

Akhyar Nasution mendaftar ke PDIP Medan diterima ketuanya Hasyim SE di sekretariat DPC dengan membawa sapu lidi. - repro

fnews – Sehari menjelang HUT ke-54 Akhyar Nasution (AN) yang jatuh pada 21 Juli 2020, penulis Suwandi Purba (SP) berkesempatan melakukan wawancara khusus di kediamannya di Jl Intertip Medan. Tema wawancara terkait dinamika pencalonannya di Pilkada Medan 2020.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan di teras rumahnya, Senin, 20 Juli 2020.

Bacaan Lainnya

SP : Bagaimana ceritanya status Akhyar Nasution di PDIP saat ini?

AN : Saya masih kader PDIP dan Wakil Ketua di DPD. Makanya saya masih menghadiri rapat pengurus partai di DPD PDIP pada hari Minggu 19 Juli kemarin bersama Pak Djarot.

SP : Apakah ada materi rapat membahas status Akhyar yang telah dicalonkan oleh partai lain yakni PKS dan PD?

AN : Oh..tidak ada sama sekali. Jadi rapat itu merupakan rapat rutin partai yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh Pak Djarot.

SP : Bagaimana kesan rekan pengurus yang bapak tangkap dari kehadiran bapak di rapat tersebut?

AN : Rapat itu kan berlangsung sore ya. Jadi saya sudah lebih dulu mendapatkan informasi pernyataan Pak Djarot di media yang menyebut PDIP tidak akan berkoalisi dengan PKS dan PD di Pilkada mana pun.
Saya kira peserta rapat lainnya juga sudah mengetahui informasi tersebut.
Saya merasa biasa saja dan rekan pengurus juga berlaku seperti biasa.

SP : Itu artinya Pak Akhyar sadar bahwa PDIP tak akan merekom?

AN : Sebagai kader semula saya sangat berharap dan optimis jika PDIP mendukung saya di Pilkada Medan.
Namun kini saya ikhlas karena menyadari partai tak bakal merekomnya. Sebenarnya jauh-jauh hari saya telah merasakan sinyal tak bakal didukung. Tetapi saya tetap bertahan dan berharap ada pertimbangan DPP.
Saya punya prinsip tidak akan meninggalkan PDIP kecuali saya yang ditinggalkan.

SP : Lantas bagaimana ceritanya bisa diusung PKS dan PD?

AN : Sejujurnya saya ini tak punya ambisi jadi wali kota. Semula pun saya berfikir di periode kedua apakah masih ditugasi partai untuk mendampingi Pak Eldin lagi atau tidak. Tetapi rupanya ceritanya menjadi lain karena Pak Eldin tersangkut kasus hukum. Saya jadi Plt dan kemudian kita memasuki masa Pandemi Covid .

Di tengah kesibukan menangani Covid mungkin ya kegiatan saya dipantau banyak fihak. Saya melihat adanya keinginan bahkan lebih sebagai desakan dari berbagai elemen masyarakat terutama sekali kader PDIP untuk bersedia dicalonkan menjadi wali kota.

Saya awalnya tak menanggapi namun banyak fihak yang terus mendorong. Mereka bilang ke saya, Pak Akhyar harus melanjutkan kepemimpinan agar kota ini semakin jelas arah perbaikan dan pembangunannya. Saya kemudian punya kesadaran, tanggung jawab untuk membenahi kota kelahiran bapak dan mamak, kota kelahiran saya dan anak-anak.
Saya pun melihat calon lainnya yang muncul dan akhirnya saya terpanggil untuk mau dicalonkan . Saya pun ikut mendaftarkan diri ke PDIP dan ke sejumlah partai lainnya.

Nah, dalam perjalanannya mungkin sinyal dukungan PDIP yang semakin menjauh dari saya itu tertangkap oleh beberapa partai. PD, PKS dan PAN termasuk cukup tertarik mengusung saya. Belakangan PAN terlihat meninggalkan saya juga sehingga tersisa PD dan PKS.

SP : Dukungan PD PKS sudah terekspos di awal Juni dan awal Juli, bukankah itu dianggap Akhyar meninggalkan PDIP?

AN : Oh tidak. Sebenarnya komitmen PD dan PKS sudah cukup lama. Bahkan PD sejak awal ingin mendeklarasikan dukungannya. Tetapi saya menahannya karena saya menghormati dan menghargai partai yang membesarkan saya.
Saya tak ingin meninggalkan partai dan tetap berharap direkom. Tetapi ketika sinyal rekom itu semakin jelas tidak untuk Akhyar, rekan-rekan di PD dan PKS mulai membuka ke publik dukungannya.

SP : Bagaimana perasaan Akhyar sekarang setelah hampir bisa dipastikan maju di Pilkada Medan dengan kompetitornya dari PDIP partai yang membesarkan bapak?

AN : Terus terang, saya merasakan ini adalah jalan Tuhan. Saya berhari-hari gelisah dan tidak bisa tidur memikirkan saya maju Pilkada melawan PDIP. Bathin saya meronta, saya tidak bisa terima. Ada apa dengan saya ini, pikirku.
Saya berupaya menghindar untuk tidak memikirkan pencalonan.

Tetapi selalu saja panggilan untuk membangun kota kelahiran lebih kuat karena banyak elemen yang memintanya.
Sampai pada suatu malam di akhir Juni lalu puncak dari kegelisahan itu terjadi. Pada malam itu saya tak bisa tertidur.
Bathin berkecamuk, berperang antara bersedia atau tidak maju dari partai lain. Kulihat istriku tertidur lelap di sampingku.

Kudengar dentang jam dinding berbunyi dua kali menandakan waktu sudah jam 2 dinihari. Karena tak bisa tertidur saya pun bangkit. Kubuka lemari pakaian dan kupandangi jejeran baju, kaos dan jas warna merah kebanggaan ku.
Air mataku menetes, saya menangis di keheningan malam.

Ingatanku melayang ketika kelas 1 SD sudah dibawa bapak ikut acara PNI. Memori masa kecil dibawa bapak ikut acara marhaen dan PNI seperti segar melintas . Saya terisak mengingat semangatnya bapak almarhum menceritakan Bung Karno, marhaen dan PNI.

Saya sedih sesedih-sedihnya mengingat saya pun mengenalkan adik-adik dan anak-anak saya sejak kecil akan nilai perjuangan marhaen dan harus bangga dengan PDIP.

Saya menangis karena tak sanggup membayangkan bagaimana kelak harus berkompetisi dengan calon dari PDIP.
Saya kemudian memandangi foto Bung Karno dan memegang bendera merah putih. Bathinku berkata berjuanglah terus bukan untuk dirimu tetapi untuk baktimu bagi negerimu dan untuk kotamu. Setelah itu dada saya terasa plong. Sangat lega dan saya sangat ikhlas jika PDIP tak merekom saya sebagai kadernya.

SP : Apakah ada perubahan mendasar dari sikap atau pandangan hidup Akhyar jika nanti resmi didukung PKS PD dan berkompetisi dengan PDIP bersama partai koalisi pemerintah?

AN : Oh, saya pastikan tidak ada. Kedua partai pendukung juga memahami karakter diri saya. Saya tetap seorang marhaen yang hidup sederhana, mandiri, bekerja keras, menjaga kejujuran dan nasionalis sejati serta Akhyar yang Islami. Saya bersama PKS PD dan relawan akan membangun sinergitas dengan semua elemen lintas suku, agama, profesi, paguyuban , komunitas dan lainnya untuk menjadikan perjuangan Akhyar menuju Medan 1 sebagai perjuangan bersama. Kami ingin membentuk Koalisi Kerakyatan untuk mewujudkan Medan Berkarakter.

SP : Terima kasih atas waktu wawancaranya. Dan mendahului esok, saya mengucapkan selamat ulang tahun.

Dan Akhyar pun tertawa lepas, “Ha ha ha…kok belum ulang tahun sudah dikasih ucapan selamat”.

Efendy Naibaho

Pos terkait