Oleh : Seno Supono*
SETIAP tanggal 9 Februari, seluruh insan Pers ditanah air memperingati Hari Pers Nasional (HPN). Tahun 2020 peringatan HPN akan dipusatkan di Provinsi Kalimantan Selatan.
Terkait dengan peringatan HPN, penulis tampilkan sosok wartawati senior Rukiah Rosalyna Siahaan yang piawai mendidik wartawan dan sukses dalam bisnis media.
Ia pemilik 6 media yakni : Surat Kabar Harian SENTANA, Majalah wanita JUWITA, Tabloid Politik dan Hukum Gema REFORMASI, Surat Kabar Harian Fokus DEMOKRASI, SENTANA online dan SENTANA e paper.
Kak Ros, demikian ia disapa akrab oleh para juniornya adalah typologi Pemimpin Redaksi (Pemred) yang tegas, cerdas, pemberani dan bermental baja serta memiliki intuisi jurnalistik yang tajam serta menguasai teori dan praktek jurnalistik yang mumpuni (dahsyat).
Para wartawan saat awal bergabung dengan SENTANA Group kemampuannya tampak biasa – biasa saja, namun setelah ” dibengkel ” kak Ros dari sisi moral, mental, kecerdasan, keberanian dan belajar tehnik Investigasi (pelacakan Berita), mereka akhirnya menjadi sosok wartawan yang bisa diandalkan. Sehingga tidak mengherankan jika anak didiknya kini bertebaran diberbagai penerbitan besar dan stasiun televisi.
Kelebihan lain yang dimiliki kak Ros tidak saja piawai dibidang seni dan ilmu jurnalistik, namun juga sangat menguasai bisnis media serta paham proses pra cetak sejak pemilihan jenis huruf, besar huruf yang pas dari sisi estetika dan menguasai seni tata letak tampilan wajah media sampai proses composing naskah, semua dikuasainya dengan sangat detail.
Dari sisi tampilan pemberitaan, wanita tangguh kelahiran kota Pematang Siantar Sumatera Utara ini dikenal memiliki ” daya penciuman ” berita yang tajam. Ia paham betul memilih ” angel ” pemberitaan yang menarik dan disuka pembaca dengan menampilkan judul berita yang mampu mengguncang perasaan pembaca.
Kak Ros dalam rapat redaksi bersikap sangat demokrat. Ia selalu memberi kesempatan kepada anggota tim redaksi untuk mengungkapkan pokok – pokok pikirannya atas suatu isu yang akan diangkat sebagai Head Line atau berita utama. Namun kak Ros tak menyukai wartawan yang tidak punya visi dan kalau bicara seperti orang kumur – kumur karena yang diutarakan tak jelas maksudnya. Wartawan itu bekerja 24 jam dalam sehari, sehingga kak Ros tidak berkenan jika pada pukul 09 ia menelpon wartawan dan wartawan itu masih ada dirumah. Seharusnya pada jam sibuk, wartawan harus berada dilapangan untuk menjalankan tugas liputan. Karena tugas wartawan adalah mencari, mengumpulkan kemudian mengolah dan menyiarkan berita.
Wartawati senior ini selalu berpesan setiap penulisan berita jangan mengabaikan rumus 5 W plus 1 H.” Tulislah hal – hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Misal tumpukan sampah yang menjijikan itu harus kau tulis, agar dapat penanganan yang lebih serius dari aparat,” tuturnya dengan intonasi mantap. Ia juga menegaskan bahwa wartawan itu guru masyarakat, sehingga ia harus lebih pintar dari masyarakat.
DARI SIANTAR KE JAKARTA
Rukiah Rosalyna Siahaan mengawali karier jurnalistik dikota kelahirannya Pematang Siantar sebagai juru warta. Selanjutnya ia sebagai reporter untuk koran tingkat provinsi yakni Gema Indonesia. Setelah itu hijrah ke Jakarta bekerja di kantor Pemberitaan Angkatan Bersenjata (PAB). Namun karena semua pos di departemen sudah penuh, sehingga posisinya sebagai wartawan tanpa pos atau tidak bertugas khusus di departemen.
KEJAR BERITA EXCLUSIVE
Bertugas sebagai wartawati tanpa ngepos di departemen justru merupakan tantangan baginya. Kepada penulis ia berkisah ” Suatu saat saya kembali ke kantor menemui Redaktur Pelaksana (Redpel). Saya bilang hari ini tidak ada berita,” ungkap Kak Ros kepada sang Redpel.
Kontan saja, keluh kesah kak Ros ditertawakan oleh Redpel sembari mengatakan ” Bagaimana mungkin di DKI Jakarta ini penduduknya 10 juta, masa iya sih tidak ada berita,” ungkap sang Redpel.
Sejak saat itu, kak Ros terpacu untuk mencari dan menulis berita exclusive yang belum ditulis media lain.
Sehingga ketika memimpin SENTANA, kak Ros menegaskan bahwa wartawan harus bisa menulis bidang apa saja dan tugas itu sudah ia kerjakan ketika di PAB. Ia tidak saja piawai menulis bidang ekonomi, namun tulisan bidang politik, teknologi telekomunikasi bahkan sampai bidang perkotaan yakni Pemprov DKI Jakarta dikupas dengan menarik dalam gaya bahasa yang lugas dan tegas.
Wartawati ini memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang sangat fasih.
Dari PAB ia kemudian berangkat ke Australia karena mendapat bea siswa untuk belajar ilmu jurnalistik dari Colombo Plan.
KORAN BILD ZEITUNG MENGINSPIRASI
Saat jalan – jalan ke Eropa, ketika berada di Jerman ia tertarik dengan tampilan koran Jerman Bild Zeitung. Isi koran ini beritanya full social control dengan judul berita yang bombastis.
Koran Jerman ini telah menginspirasi kak Ros ketika kembali ke tanah air. Ia ingin memiliki koran anti mainstream yang pemberitaannya adem-adem saja atau datar-datar saja.
Akhirnya ditangan kak Ros, Surat Kabar Mingguan SENTANA tampil sebagai penerbitan yang melawan arus dengan tampilan berita ” Hard News ” dan penuh sosial kontrol. Blue print pola dan warna pemberitaan SENTANA yang dikenal keras dan tegas, kak Ros lah yang merumuskan.
Meski pemberitaan SENTANA dikenal tajam, namun jarang sekali berurusan dengan ” ” Dewa Pers ” kala itu yakni Departemen Penerangan. Karena Pemred SENTANA tegas kepada wartawan bahwa setiap penulisan berita harus mentaati Kode Etik Jurnalistik dan menjunjung tinggi prinsip jurnalistik yang akurat dan berimbang (Cover both side).
Sebagai leader, kak Ros memiliki kemampuan yang luar biasa dalam pemilihan judul dan isi berita yang menarik pembaca. Sehingga oplaag Skm SENTANA di era 80 itu menembus angka psikologis 500.000 eksemplaar dan ini merupakan tiras terbesar koran mingguan yang ada di Indonesia.
SANG PEMIMPIN PASAR
Penulis yang pernah bertugas sebagai reporter dikota Bandung, adalah saksi hidup betapa Mingguan SENTANA menjadi sang pemimpin pasar.
Kala itu tahun 1983, jatah koran SENTANA ke agen dikota Bandung sendiri sebanyak 30.000 eksemplaar.
Ketika Rabu dinihari koran SENTANA tiba dari Jakarta di bursa koran legendaris kawasan Cikapundung, puluhan loper koran mengantri untuk segera menjajakan SENTANA. Kira – kita pukul 10 pagi, SENTANA habis terjual tanpa sisa.
Kata SENTANA berasal dari bahasa Sansekerta Sentono yang artinya sang pengawal raja atau SENTANA kepanjangannya adalah Senjata Tajam Nasional. Tapi yang pasti bukan Senin – Tanah Abang yakni route mikrolet yang melegenda di Jakarta.
PENGUSAHA MEDIA YANG SUKSES
Kak Ros tidak saja berhasil dalam menggeluti dunia jurnalistik, namun ia sudah menjelma menjadi pengusaha media yang sukses dan pencapaiannya yang luar biasa ini membuat decak kagum rekan – rekan seangkatannya. Ketika rekan – rekannya masih didera target liputan berita, kak Ros sudah menjelma menjadi pengusaha media yang kehadirannya diperhitungkan dan disegani dijagat pers Indonesia.
SANG GURU BESAR ILMU JURNALISTIK
Namun harus diakui, wartawan – wartawan yang tidak memiliki komitmen kuat untuk maju, memang terasa berat nian mengikuti ritme kerja gaya kak Ros yang penuh disiplin dan selalu bekerja dibawah tekanan waktu dan harus siap diterjunkan meliput bidang apa saja.
Tapi bagi penulis, kak Ros adalah Guru Besar bidang Jurnalistik yang sangat berjasa bagi siapa saja yang berminat menekuni bidang jurnalistik.
Kak Ros tidak saja sukses dalam mengelola bisnis media, wartawati senior ini juga sukses mendidik putra – putranya. Baik putra sulungnya Karel Sinaga dan adiknya Mikhael Benjamin Sinaga, keduanya adalah alumni sekolah bisnis di London Inggris.*
*Seno, wartawan di Jakarta, dikutip dari Banten 88