MODEL-MODEL PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR: BAGAIMANA RESPON KITA ?

Ilustrasi Virus Sumber: Google

Oleh Yance

l tulisanywirtjes.blogspot.com l

Bacaan Lainnya

Prolog

Sepanjang sejarah peradabannya, manusia selalu perkasa menghadapi lawan lawan yang kasat mata, tetapi lemah dan tidak berdaya menghadapi lawan lawan yang tidak kasat mata ( mikro organisme ). Hal ini memang merupakan hasil desain evolusi alam. Untuk mempertahankan eksistensinya, diperlukan suatu cara pandang baru dari manusia untuk menata ulang relasi antar mahluk di alam, agar terbentuk hubungan yang seimbang, tidak saling eksploitatif dan tidak saling mendominasi. ( HMMC J WIRTJES IV ).

Dua bulan terakhir seluruh masyarakat beradab di seluruh dunia terguncang oleh kehadiran virus Corona, nama resminya yang diberikan oleh WHO ( World Health Organization ) adalah SARS – Co V-2. Penyakit yang ditimbulkan oleh Virus ini adalah  COVID – 19. Arti nama ini adalah Corona Virus Disease 19. Angka 19 menunjukan 2019, ketika Virus ini pertama kali dideteksi kemunculannya di Wuhan, Tiongkok. Tiap negara memberikan respon berbeda, tergantung pada pemahaman dan kemampuan finansial, properti, teknologi dan sumberdaya manusianya. Tulisan ini tidak bermaksud membahas virus Corona secara detail, berikut gejala klinis orang yang terpapar, karena sudah banyak ditulis dan dipublikasi. Tulisan ini membahas tentang model model penyebaran penyakit menular, dengan tujuan memberikan pemahaman kepada publik tentang bagaimana hukum hukum alam bekerja.

Dengan  demikian diharapkan orang dapat melihat suatu fenomena secara proporsional, wajar, tidak berlebihan, begitu juga dalam bersikap dan bertindak. Para pakar dari berbagai bidang memberikan pandangannya tentang berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh epidemi penyakit Covid 19. Dampak itu terjadi di bidang bidang sektor jasa keuangan ( bank, pasar bursa, asuransi ), sektor ril ( pertanian, peternakan, perikanan,  perindustrian, pertambangan pariwisata). Dikatakan bahwa virus Corona akan membuat pertumbuhan  ekonomi mengalami stagnan, bahkan mengalami kemunduran. Semua pernyataan dan komentar dari para pakar itu  sudah dapat digolongkan pada level kepanikan dan ketakutan berlebihan. Kepanikan dan ketakutan mengindikasikan adanya ketidak tahuan dan selanjutnya menimbulkan ketidak siapan. Ke dua hal itu mendorong timbulnya sikap dan perilaku berlebihan dalam meresponnya ( dalam istilah populernya disebut lebay ). Justru perilaku berlebihan itu yang lebih merangsang percepatan penyebaran virus Corona. Hal ini akan diuraikan lebih rinci di bawah ini. Banyak orang melupakan kaidah, ketetapan, dalil dan hukum alam, sehingga banyak beredar penjelasan yang bersifat teleologis, untuk menjelaskan fenomena alam. Virus, bakteri, dan parasit adalah bagian dari alam, dan tunduk pada hukum hukum alam. Tidak dibutuhkan penjelasan teleologis ataupun mistis untuk menerangkan fenomena alam.

Dalam upaya mencari penjelasan untuk memahami fenomena penyebaran virus Corona, penulis terpaksa menggunakan berbagai model matematis. Walaupun sudah berusaha keras untuk mentransformasikan model matematis kedalam bentuk verbal, tetap tidak berhasil seluruhnya. Beberapa persamaan matematika yang mendasar terpaksa ditampilkan,

dan beberapa persamaan yang lebih canggih sudah dapat dihilangkan. Bagi orang yang mengerti, formula matematika mengandung keindahan sekaligus kesederhanaan. Penjelasannya sangat logis dan lugas.

Beberapa Postulat:

Tulisan ini dibangun di atas beberapa postulat sebagai dasar pijakan, antara lain :

  1. Di alam semesta, tidak ada fenomena yang tidak berubah. Perubahan tidak dapat ditahan, karena kekuatan perubahan itu terdapat di dalam gen.
  2. Perubahan mengakibatkan timbulnya variasi dan  keanekaragaman  di alam.
  3. Semua perubahan di alam, tunduk pada hukum kurva normal, atau mengikuti bentuk genta ( lonceng ).
  4. Pada semua fenomena alam  berlaku proporsi  konstanta atau tetapan kosmologi yang besarnya 1 : 1,618, atau disebut juga dengan istilah golden ratio.
  5. Semua fenomena alam yang pernah terjadi di masa lalu, harus dapat juga terjadi di masa kini dan di masa depan, begitu juga sebaliknya.

Klasifikasi Beberapa Jenis Penyakit.

Penyakit dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, berdasarkan sifat dan jalur hubungan sebab akibat dan pengaruh dari lingkungan hidup, yaitu :

  1. Kelompok penyakit menular, disebabkan oleh bakteri, protozoa dan virus.
  2. Kelompok penyakit yang disebabkan oleh tekanan keadaan, kecemasan, seperti penyakit penyempitan pembuluh darah, jantung.
  3. Kelompok penyakit yang diderita secara spesifik oleh seseorang, seperti penyakit alergi.
  4. Kelompok penyakit yang berhubungan dengan keadaan sosial dan pola hidup, seperti kolesterol.
  5. Kelompok penyakit yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan, seperti bronkitis, kanker.
  6. Kelompok penyakit yang disebut juga teratologi, atau kelainan bentuk yang disebabkan karena konsumsi obat obatan tertentu seperti obat obat penenang. Seorang ibu yang sedang hamil, mengkonsumsi obat obat penenang, dapat melahirkan anak yang cacat fisik.

Profil Anatomi Virus

Kata virus berasal dari bahasa Yunani, yang berarti racun.Penemu virus pertama kali adalah Dimitri  Ivanovsky pada tahun 1892. Infeksi virus tertua yang meninggalkan jejak fisik adalah penyakit  poliomyelitis yang menyerang tubuh raja Ramses  V,  dari Mesir yang wafat pada tahun 1196 SM. Virus yang menyerang tubuh raja tersebut dari jenis smallpot. Virus adalah mikro organisme patogen yang menginfeksi sel mahluk hidup. Virus hanya dapat bereplikasi di dalam sel mahluk hidup, karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk berproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat diinfeksi oleh virus, mulai dari tumbuhan, hewan hingga bakteri dan arkea. Jenis virus yang menginfeksi sel sel eukariota, jika menginfeksi bakteri dan arkea  dikenal dengan nama bakteriofag. Ketika virus tidak menginfeksi sel, disebut berada dalam bentuk independen yang disebut virion Virion terdiri atas materi genetik berupa asam nukleat ( oleh lapisan protein yang disebut kapsid. Virus yang terdapat dalam amplop eksternal disebut lippid Virus yang berasosiasi dengan manusia adalah influenza dan HIV dan yang berasosiasi dengan hewan yaitu  flu burung ( H5 NI , H7 N9 ), flu babi  ( HI NI ) dan virus mozaik tembakau.

Ilustrasi Virus

Sumber: Google

Sistem Taksonomi Virus

Taksonomi atau sistem klasifikasi adalah proses pemberian nama dan pengelompokan virus berdasarkan karakter yang dimilikinya.  Ada beberapa cara pengelompokan Virus, di antaranya berdasarkan klasifikasi Baltimore dan berdasarkan Komite Internasional Taksonomi of Virus atau International Committee on Taksonomi of Viruses ( ICTV ). Sistem klasifikasi David Baltimore, membagi virus dalam 7 kategori berdasarkan genom

( DNA dan RNA), dan metode replikasinya  yaitu :

  • DNA utas ganda
  • DNA utas tunggal
  • RNA utas ganda
  • RNA utas tunggal
  • RNA utas tunggal
  • RNA utas  tunggal –
  • RNA tuas tunggal + dengan
  • DNA Intermediat
  • DNA tuas ganda dengan RNA intermediat

Seperti taksonomi mahluk hidup pada umumnya, klasifikasi virus juga dilakukan secara hierarki atau bertingkat. Sistem klasifikasi yang dibuat oleh ICTV yaitu  :

Realm ( – vira )

Sub realm : ( – vira )

kingdom ( – viriae )

Sub Kingdom  ( – viretes ).

Filum ( – viricotta )

Sub Filum ( – viricotina)

Kelas (  – viricetes )

Sub Kelas  ( – viricotina )

Ordo  ( – viriless )

Sub Ordo ( – virineae )

Family ( Viridae)

Sub Family ( – virinae  )

Genus ( – Virus)

Sub Genus (  – Virus)

 Spesies

Pola Penyebaran Penyakit Menular

Penyakit menular dapat dibagi menjadi beberapa kategori :

  1. Penyakit menular kompleks dua faktor  yaitu patogen dengan spesies tuan rumah, misalnya flu dan penyakit yang disebabkan oleh virus.
  2. Penyakit menular kompleks tiga faktor yaitu patogen, vektor ( penyebar ), manusia, seperti penyakit malaria.
  3. Penyakit menular kompleks empat faktor, yaitu patogen, vektor, tuan rumah antara, manusia, seperti penyakit pes ( sampar ).

Relasi Antar Variabel Penyakit Menular

Penyebaran penyakit menular merupakan hasil interaksi dari tiga faktor, yaitu :

  1. Kepadatan populasi ( density dependent factor ). Semakin tinggi tingkat kepadatan populasi, semakin cepat dan semakin luas penyebaran penyakit. Manusia punya kecenderungan secara naluri menghindari menetap di tempat tempat yang memiliki tingkat kepadatan tinggi. Merupakan keterpaksaan karena keterbatasan pilihan, manusia memutuskan menetap di tempat yang padat populasi.
  2. Sifat biologi patogen atau virus, misalnya virulensinya, umur tiap partikel, sifat biologi tuan rumah, vektor, patogen dalam daya tahan, imunitas dan daya resistensinya.
  3. Kondisi lingkungan, iklim, cuaca, tingkat sanitasi, kebiasaan dan pola hidup.

Pada tiap terjadinya epidemi penyakit menular, ketiga faktor di atas saling berinteraksi, pengaruh mempengaruhi.  Ke tiga faktor di atas akan di uraikan lebih lanjut.

Kepadatan Populasi  dan Gelombang Penyebaran Epidemi Penyakit Menular

Pada suatu waktu tertentu, selama epidemi berlangsung, tiap orang dalam suatu populasi dapat digolongkan kepada tiga kelompok, yaitu :

  1. Kelompok orang yang tidak ditulari penyakit, diberi simbol Nu.
  2. Kelompok orang yang terkena suatu penyakit menular, diberi simbol NI.
  3. Kelompok orang yang tidak tergolong kepada Nu dan NI, karena sudah sembuh atau sudah mati. Prakiraan kecepatan perubahan komposisi jumlah individu di ketiga kelompok itu dapat diukur dengan dua parameter kecepatan, yaitu :
  • Kecepatan penularan sama dengan jumlah orang yang sehat, yang  berjumpa dengan yang sakit, lalu jatuh sakit, diberi simbol I.
  • Kecepatan  yang sembuh atau mati, diberi simbol R.

Dengan demikian dinamika epidemi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

d Nu

———   = — I Nu NI            ( 1 )

d t

Persamaan 1 berarti, kecepatan pertambahan orang yang jatuh sakit mula mula hanya sedikit. Semakin lama semakin banyak orang yang tertular dan jatuh sakit. Setelah beberapa waktu, kecepatan penularannya semakin menurun, karena jumlah orang yang tidak tertular semakin sedikit. Virus hanya menyerang orang yang belum tertular, ketika jumlah di kelompok tidak tertular semakin sedikit, maka serangan virus makin mereda dan akhirnya lenyap. Kelompok yang tertular akan sembuh dan sebagian lagi tewas.

Jika digambarkan dengan diagram, jumlah orang yang jatuh sakit itu dinyatakan dalam fungsi waktu, maka akan diperoldh gambaran berbentuk kurva normal atau bentuk lonceng. Semua dinamika gelombang serangan penyakit menular, apapun jenis penyakitnya,tanpa kecuali sejak dahulu, kini, dan di masa depan mengikuti model ini. Ada masa muncul, berkembang pesat, kemudian melambat, menurun dan akhirnya lenyap. Setelah melewati periode tertentu misalnya 20 atau 50 tahun, siklus ini akan terulang lagi, dengan jenis virus lama atau dapat juga juga dengan virus yang telah mengalami mutasi genetik.

d NI

——-  =  I Nu NI — R NI     ( 2 )

d t

Persamaan  ( 2 ) berarti bahwa

kecepatan jumlah orang yang sembuh atau mati dari kelompok orang sakit, bergantung pada jumlah orang dalam kelompok orang sakit.

d N R

———–    =  R NI                ( 3 )

dt

Implikasi penting dari tiga persamaan di atas adalah :

  1. Jumlah orang yang jatuh sakit bergantung pada jumlah orang yang tidak sakit
  2. Secara matematika dapat dibuktikan bahwa epidemi penyakit menular dipengaruhi oleh kepadatan populasi. Semakin padat suatu populasi makin banyak korban jika wabah epidemi penyakit menular datang menyerang. Hal ini berarti bahwa Jumlah orang yang jatuh sakit dapat diatur oleh jumlah orang yang tidak sakit. Hal lain yang penting adalah bahwa dinamika epidemi dipengaruhi oleh I dan R. I menunjukkan suatu parameter yang memiliki banyak faktor ketergantungan, misalnya tingkat kebersihan lingkungan, sanitasi, kesiagaan tanggap darurat, kondisi kesehatan, kebiasaan dan pola hidup sehat, virulensi patogen terhadap daya tahan dan resistensi tubuh. Demkkian juga dengan parameter R, semakin cepat penderita sakit, sembuh atau mati, semakin cepat pula epidemi mereda. Model di atas dikenal dengan Model SIR ( Suspectible – Infected – Recovery) klasik yang diciptakan  oleh W O dan A G Mckendric. Dalam membuat tulisan ini penulis juga menggunakan persamaan diferensial autonomous. Untuk mendapatkan hasil lebih meyakinkan, penulis juga menggunakan tiga model matematis lain yaitu :
  • Model SIS (  Suspectible Infective Suspectible )
  • Model SEIS ( Suspectible Expose Infective Suspectible ), dengan memasukkan variabel moda transportasi yang menghubungkan dua kota.
  • Model System Dinamyc, dari Jay Forrester, dengan memasukkan variabel waktu secara time series dalam satuan waktu minggu selama satu siklus  penyebaran penyakit.

Semua persamaan matematis di atas tidak  mungkin ditampilkan semua, karena pasti akan langsung menurunkan minat baca dari pembaca umum.  Walaupun menggunakan model matematis beragam, hasilnya tetap sama dan konsisten. Kesimpulan dari semua model itu adalah :

  1. Tidak ada jenis penyakit menular  baik yang berasal dari bakteri maupun virus yang berjangkit dalam bentuk wabah, berlangsung dalam waktu lama.
  2. Durasi satu siklus tiap penyakit / virus sangat tergantung dari banyak faktor, di antaranya kepadatan populasi, sifat sifat prevalensi Virus / bakteri, daya resistensi dan ketahanan immunitas tiap orang, pola hidup sehat, kebersihan lingkungan, termasuk sistem sanitasi.
  3. Untuk virus yang familiar dengan manusia, dan sudah tersedia vaksinnya, maka vaksinasi merupakan cara ampuh untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah. Untuk virus baru yang belum ada vaksinnya, cara terbaik untuk mempercepat durasi siklus penyebarannya adalah dengan memperkuat daya resistensi tubuh, mengurangi frekuensi bepergian dan berkumpul di tempat keramaian.

Analisis

Virus Corona bukan yang pertama menyerang manusia dan bukan pula yang terakhir. Sebelumnya sudah banyak bakteri, jamur, virus yang menyerang dan di masa depan ada lebih banyak dan lebih sering lagi menyerang manusia. Walau sehebat apapun wabah penyakit menular, pasti akan berakhir walaupun manusia tidak berbuat apapun .

Upaya mitigasi dari manusia dapat mempercepat durasi tiap siklus dan itu  berarti mengurangi korban tewas. Virus hanya dapat hidup jika melekat pada benda hidup dan mati jika melekat pada benda mati. Virus hanya efektif menyerang mahluk hidup yang belum pernah terpapar. Orang yang sudah pernah terpapar, relatif lebih sulit terjangkiti karena sistem antibodinya sudah mengenal virus tersebut.  Kecuali virusnya sudah melakukan mutasi genetik, besar kemungkinan orang tersebut akan terpapar lagi.

Dalam menghadapi wabah sehebat apapun, manusia jangan sampai panik.  Kepanikan hanya memperburuk situasi. Sebagai ilustrasi ketika informasi tentang wabah virus Corona menyebar luas, timbul kepanikan. Orang menimbun stock besar besaran untuk masker dan cairan antiseptik. Harusnya peralatan dan bahan itu menyebar merata. Rasa takut berlebihan membuat barang itu langka di pasaran, menumpuk di titik tertentu, tidak menyebar. Hal ini justru dapat mengakibatkan meluasnya wabah.

Dari pada sibuk menimbun stock perlengkapan dan bahan, akan lebih efektif membangun  sistem antibodi yang baik, memperbaiki mutu lingkungan, menjalani pola hidup sehat. Pola penyebaran virus bersifat acak, artinya siapapun, dapat terkena, tidak mengenal tempat dan waktu. Apa yang dilakukan pemerintah, korporasi dan masyarakat sudah tergolong kepanikan. Ada hal menarik terkait dengan kehebohan  yang ditimbulkan oleh virus Corona dibanding dengan virus virus lain yang hadir lebih dulu.

Di era digital ini sudah beberapa kali virus berbeda menyerang manusia seperti flu babi, flu burung, virus ebola, virus MERS ( Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus).  Semua virus itu kemudian mereda tanpa menimbulkan  kepanikan. MERS, juga masih kerabat virus corona yang berasal dari Timur Tengah, tetapi tidak menimbulkan kepanikan. Gejala apa Ini? . Mengapa virus corona yang baru baru ini muncul dan diduga kuat berasal dari Wuhan, Tiongkok, langsung heboh dan panik?. Apakah karena virus itu berasal dari Cina, negara yang beberapa tahun terakhir menciptakan keajaiban ekonomi.

Di saat banyak negara yang perekonomiannya stagnan bahkan banyak yang terpuruk, Cina tampil sendirian mencorong, sehingga menimbulkan rasa antipati dari banyak bangsa. Semua bangsa seperti menemukan celah kesalahan Tiongkok lalu kemudian beramai ramai mengecam dan menimpakan semua kesalahan kepada negara itu. Mengapa ketika MERS mewabah, negara negara lain tidak mengecam negara negara Arab?. Apakah kasus corona di Tiongkok karena kecerobohan Laboratorium Biokimia dan Bioteknologi di sana?. Orang yang memahami hukum hukum alam, khususnya yang berhubungan dengan  dinamika populasi tahu pasti, kalau itu hanya alasan yang dicari cari. Tanpa kebocoran dari Laboratorium di Wuhan, munculnya wabah wabah baru hanya soal tinggal menunggu waktu saja. Jika sinyalemen ini benar, maka issue wabah virus di masa depan  sudah makin kompleks, karena masuknya variabel baru yang sebelumnya tidak dikenal atau tidak diperhitungkan di dalam model matematis, yaitu sentimen rasis.

Lalu kalau begitu apa sebenarnya faktor penyebab munculnya berbagai mahluk baru ( bakteri dan virus ) itu?. Apakah kehadirannya dapat dicegah dengan teknologi yang kita miliki hari ini?. Jawaban nya tegas TIDAK MUNGKIN, karena selama masih ada kehidupan di planet bumi, mereka akan terus hadir menemani kita. Mungkin pembaca ingin tahu mengapa mereka hadir makin banyak dan jeda waktu antara kemunculan satu jenis virus dengan virus berikutnya makin singkat. Untuk menjawab pertanyaan itu  Penulis akan membawa pembaca berkelana di alam imajiner. Perjalanan ini akan membuka wawasan dan kesadaran kita tentang apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan Homo Sapien terhadap planet ini beserta seluruh isinya. Manusia sudah mengacak acak planet ini sehingga tampilan wajahnya berubah secara struktural dan drastis.

Sejak kemunculan manusia di bumi sejak 4 juta tahun lalu, sampai 13.000 tahun lalu wajah bumi dan penghuni nya relatif tidak berubah. Aliran energi, materi dan informasi berjalan sangat lambat dan struktur jaringan  alirannya stabil tidak berubah. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh sekelompok orang berperalatan batu, kayu dan berjalan kaki. Tiga belas ribu sampai 10.000 tahun lalu sekelompok kecil manusia yang tinggal di kaki pegunungan Zagros, di Anatolia, Asia Barat mulai bereksperimen membudidayakan tanaman dan  menjinakkan beberapa jenis hewan. Upaya itu seperti membuka kotak pandora, manusia untuk pertama kali memanen bahan  pangan yang ditanamnya dan minum susu serta makan daging dari hewan yang dipeliharanya. Sejak itu terjadi percepatan aliran genetik  tanaman dan hewan. Akibat selanjutnya terjadi percepatan aliran energi dan materi serta informasi. Algoritma pun mulai didesain untuk menampung limpahan energi, materi dan informasi. Manusia mulai mengutak atik dan memanipulasi kehidupan yang sebelumnya merupakan misteri.

Sejak itu perkembangan peradaban manusia makin kencang tidak tertahankan lagi, terutama sejak ditemukan roda, sistem tulisan, mesin cetak, dan mesin uap. Coba bayangkan sampai 13000 tahun lalu, di bumi tidak ada hewan ternak, semua hewan liar dan jumlah jenisnya banyak. Sekarang penduduk bumi sekitar 7 milyar jiwa. Ternak unggas yang dipotong tiap tahun jumlahnya sudah beberapa kali lipat dari dari jumlah populasi manusia. Belum termasuk hewan ternak mamalia besar seperti sapi, babi dan  domba. Jumlah hewan ternak yang hanya beberapa jenis sudah jauh meninggalkan seluruh jenis hewan liar di muka bumi. Jumlah kucing piaraan diperkirakan mencapai 15 milyar ekor, dan jumlah anjing sedikit di bawahnya. Begitu juga dengan tanaman.

Beberapa jenis tanaman pangan  seperti padi, gandum, jagung jumlahnya sudah jauh melampaui seluruh jenis dan jumlah tanaman liar. Semua tanaman itu ditanam di hamparan lahan luas dengan kerapatan tinggi. Semua hewan ternak dipelihara di petak lahan sempit dengan kerapatan tinggi.  Pada peternakan unggas, seekor ayam hanya diberi diruang sempit hanya muat untuk berdiri dan sepanjang hidupnya tidak pernah berjalan lebih dari beberapa langkah.  Hal itu semua dilakukan demi efisiensi yang ditetapkan oleh algoritma manusia yang mendesain peternakan itu.

Kondisi ini jauh berbeda dengan kehidupan nenek moyang ayam itu dahulu, yang bergerak bebas di sepanjang hidupnya. Kepadatan populasi hewan ternak dan kerapatan tumbuhan hasil budidaya telah ikut berkontribusi terhadap munculnya berbagai bakteri dan virus. Berbagai tindakan manusia yang membuang limbah industri ke alam bebas dan membuang emisi karbon ke angkasa juga ikut berkontribusi terhadap munculnya berbagai bakteri dan virus. Jika hal itu dianggap sebagai ” dosa “, maka tak pelak lagi bahwa itu adalah dosa kita bersama yang jumlahnya 7 milyar. Para petani dan  peternak awal itu sebagai perintis jalan yang kita lalui hari ini, yang ternyata kemudian sebagai CUL DE SAC ( JALAN BUNTU).

Bagaimana Respon Kita?

Semua paparan di atas tidak dimaksudkan untuk membuat pembaca jadi pesimis menatap masa depan.  Justru dengan mengetahui fakta sebenarnya akan membuat kita lebih dewasa dalam melihat berbagai fenomena dan menyikapinya dengan arif bijaksana. Menghadapi serangan apapun termasuk virus tidak perlu panik. Kepanikan hanya pantas dimiliki oleh orang yang tidak berilmu pengetahuan dan miskin algorigma. Berbagai instansi pemerintah dan swasta ikut ikutan panik dan berlomba lomba mengeluarkan surat edaran yang isinya lebih condong ke arah menakut nakuti, bukannya menciptakan algoritma canggih untuk mengatasi masalah. Instansi yang sedikit lebih cerdik,  berencana menerbitkan protokol. Universitas sebesar USU, yang memiliki barisan profesor berjumlah ratusan orang cuma mampu menerbitkan selembar surat edaran.

Sebagai mahluk berilmu pengetahuan, harusnya manusia dapat memecahkan kebuntuan. Kita memang tidak dapat lagi memilih jalan mundur, karena jalan di belakang sudah terkunci.  Yang dapat dilakukan adalah mencari jalan terobosan menyerong ke kiri dan kanan.  Untuk dapat melakukan hal itu dibutuhkan keterampilan berpikir menyimpang  atau berpikir non liner, atau berpikir lateral. Masalahnya hampir semua pakar di Republik tidak mahir berpikir model itu, karena tidak terbiasa, bahkan ” cenderung dilarang “. Indikasi pernyataan ini adalah

kebijakan lineritas bagi dosen yang ingin melanjutkan studi. Berpikir liner tanpa dibarengi kemampuan berpikir non liner, akan mempersempit wawasan dan menghambat kreativitas. Salah satu terobosan yang dihasilkan dari proses berpikir lateral adalah menciptakan gandum, padi, jagung tanpa mengusahakan lahan pertanian. Produk pertanian dihasilkan dengan cara pembiakan sel dibantu dengan bio reaktor. Begitu juga dengan  produk peternakan , dihasilkan tanpa adanya peternakan.

Epilog

Seseorang minta nasehat kepada seorang yang arief bijaksana tentang bagaimana cara menyikapi setiap persoalan dalam hidup. Si orang bijak menuliskan suatu di kertas dan menyerahkannya kepada orang yang meminta nasehatnya. Di kertas tertulis sebuah kalimat THIS TOO, SHALL PAST, yang artinya YANG INIPUN AKAN BERLALU.

Kalimat ini memang singkat , tetapi mengandung makna mendalam. Kalimat ini sangat relevan dalam menyikapi semua masalah, termasuk masalah virus corona. Tidak ada pesta yang tidak berakhir dan juga tidak ada badai topan yang tidak berakhir. Tetaplah tenang di tengah badai yang paling hebat. Apapun yang kita hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.

Semua yang ada di alam, tidak ada yang abadi. Selamat menikmati kehidupan di alam tiga dimensi. ***

Pos terkait